Saturday, January 31, 2009

Modeling and Analysis of Message-Queue in Multi-Tasking System

Ringkasan
Oleh : Erwan R.

Pada garis besarnya, jurnal ini menitikberatkan pada penganalisaan pengiriman pesan (message) dalam sebuah antrian pada real-time multitasking system, dengan membandingkan suatu simulasi dimana akan dihitung distribusi dari waktu eksekusi (execution time), periode tugas (task period), waktu tanggap (response time) dan sebagainya, sehingga pada akhirnya dapat diketahui banyaknya pesan pada antrian saat periode sibuk (busy period)


Formulasi dan Model


Diasumsikan menggunakan skenario Produser-Konsumer (Produser pembuat pesan, Konsumer pengguna pesan), menggunakan mode preemptive fixed priority task, awalnya menggunakan FIFO yang nantinya akan diperluas menggunakan model antrian prioritas (priority queue).
Konsumen mempunyai sifat :
While(1){
…….
Receive(……); //blocking
…….
}
Selama menerima pesan (kondisi = 1), konsumen tetap bekerja, namun bila sudah tidak ada pesan terkirim (kondisi = 0), maka konsumen akan terhalang (di block). Produser diasumsikan sebagai pekerjaan berkala dimana pada akhir eksekusinya menghasilkan pesan.



Pada saat task produser A selesai dieksekusi, akan mengirimkan pesan, pesan tersebut diterima ke dalam antrian karena antrian menyediakan tempat untuk pesan tersebut, kemudian task produser B selesai dieksekusi, juga mengirimkan pesan, antrian menyediakan tempat untuk pesan produser B. Pesan produser A dikerjakan terlebih dahulu baru pesan produser B, karena pada antrian ini menggunakan mode FIFO, demikian seterus juga pada task produser C.


Terminologi dibawah digunakan pada makalah ini:

  • T – Periode Tugas (task period)
  • C – Waktu eksekusi (execution time) terlama (worst case)
  • J – jitter dari pekerjaan, J = Rmax – Rmin, dimana R berhubungan dengan waktu relative pada permulaan dengan waktu pada masing-masing pekerjaan. Jika Rmin = 0 maka J = Rmax dimana ini diasumsikan sebagai berikut
  • P – Prioritas dari tugas (task priority)
  • r – waktu yang digunakan (release time)
  • #p – Sekumpulan aturan pada produser
  • #c – Sekumpulan aturan pada konsumer
  • Queque size – Maksimum buffer yang diperlukan untuk antrian
  • R – Respon waktu (response time) end-to-end yang terburuk terkait antara produser – antrian – transaksi konsumer.
  • Rc{0...n} – Waktu tanggap (response time) untuk mengendalikan sejumlah n pesan pertama pada kondisi sibuk (periode sibuk adalah periode selama antrian tersebut terus menerus ada dan tidak pernah kosong)

Analisa Message-Queue


Produser Tunggal – Single Producer

Sebuah produser yang diketahui periode T, besaran jitter J, waktu eksekusi C dan sebuah prioritas P., konsumer akan mengkonsumsi n-pesan,



maka dapat diketahui :





Waktu yang digunakan (release time) untuk n-pesan :


Menghitung waktu tanggap (response time) konsumer :


Menentukan waktu tanggap dengan n-pesan :

Kondisi untuk menghitung ukuran Queue adalah jika :


Menentukan ukuran maksimum Queue :

Produser Jamak - Multiple Producers


Skenario pertama, dimana semua task produser mempunyai prioritas yang sama yaitu lower priority :


Skenario kedua, dimana produser mempunyai prioritas yang berbeda, task Produser A dan task produser B mempunyai lower priotrity sedang task produser C mempunyai higher priority :


Skenario ketiga,
dimana semua task produser mempunyai higher priority :



Untuk mendapatkan waktu tanggap (response time), menjalankan langkah - 1 hingga langkah – 5, kemudian melakukan perubahan pada langkah - 6 :

Jika memenuhi syarat pada kondisi langkah – 7, maka penghitungan ukuran maksimum Queue adalah :


Kesimpulan


Di dalam percobaan penganalisaan Message-Queue ini termasuk pada modeling dan analisa penjadwalan, mengindikasikan bahwa tidak mudah membangun skenario worst-case, khususnya mengumpulkan response time worst-case end-to-end yang menghubungkan ke tiap produser. Pengembangan model termasuk message dengan prioritas yang berbeda.
Setelah mendapatkan metoda analisa yang baik, kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi dan hasil simulasi ini akan diintegrasikan pada teori reliability dengan analisa penjadwalan.


Friday, January 30, 2009

Preemptive Scheduling for Distributed Systems


Penjadwalan Preemptive pada Sistem Terdistribusi
Ringkasan oleh : Nurul Huda (41508110133)

Umumnya sistem operasi multitasking menggunakan penjadwalan preemptive. Banyak sistem multiprosessor juga menggunakan penjadwalan preemptive intertask ketika melakukan komputasi paralel. Namun, penjadwalan preemptive pada sistem terdistribusi sangat jarang, bahkan hampir tidak ada.

Penjadwalan Preemptive adalah kemampuan sistem operasi untuk memberhentikan sementara proses yang sedang berjalan untuk memberi ruang kepada proses yang prioritasnya lebih tinggi. Melibatkan mekanisme interupsi yang menyela proses yang sedang berjalan dan memaksa sistem untuk menentukan proses mana yang akan dieksekusi selanjutnya.

Contoh Penjadwalan Preemptive : Penjadwalan CPU yang dijalankan ketika proses dalam keadaan:
  • Berubah dari running ke ready state.
  • Berubah dari waiting ke ready state.
Sedangkan Sistem Terdistribusi adalah Kumpulan komputer yang terhubung melalui sistem jaringan komputer dan dilengkapi dengan sistem software terdistribusi untuk membentuk fasilitas komputer terintegrasi.
Kendala Implementasi Penjadwalan Preemptive pada sistem terdistribusi adalah dibutuhkan proses migrasi yang tepat, panjang task yang bervariasi, kecepatan dan beban kerja prosesor bervariasi, sehingga diperlukan algoritma penjadwalan yang tepat.
Pusat implementasi dari protokol penjadwalan preemptive adalah mekanisme dari migrasi proses. Mekanisme Migrasi : Anggap sebuah worker sedang mengeksekusi task T1 pada mesin M1. Sekarang penjadwal ingin memindah T1 ke mesin M2. Untuk memperoleh keadaan ini perlu migrasi proses. Jika ada sebuah worker sudah running pada M2, hanya context pada thread aplikasi (yang mewakili context pada task yang sedang dieksekusi) yang perlu di transfer dari M1 ke M2. Jadi, migrasi task mencapai penjadwalan preemptive.
Pada contoh diatas, pertama kali, penjadwal (pada manajer) memberitahukan thread asinkron (pada worker) di M1 untuk membekukan T1. Thread asinkron kemudian memberitahukan thread kontrol, yang akan mensuspend thread aplikasi yang sedang berjalan pada T1. Thread kontrol kemudian mengambil context pada thread aplikasi dan memaketkannya dan mengirimnya ke manajer. Manajer kemudian mengirim context dari T1 ke thread kontrol pada M2. Thread kontrol pada M2 mengumpulkan context dari thread aplikasinya untuk menerima context dan me-resume-nya. Sekarang T1 di-resume pada M2.
Implementasi yang kami lakukan untuk pengujian Penjadwalan Preemptive pada Sistem Terdistribusi menggunakan :
  • Pemrosesan paralel menggunakan Sistem Chime
  • Tiga sistem komputer Prosesor Pentium II 266, memori 128Mbyte, terkoneksi menggunakan kartu Ethernet 100Mb/s.
  • Sistem operasi : Windows NT 4.0.
  • Kompiler : Visual C++ 4.0.
  • Menggunakan 4 algoritma penjadwalan.
  • Aplikasi yang dipakai untuk menguji algoritma : Ray Tracing dan Perkalian Matrix.
4 algoritma penjadwalan yang diujicobakan untuk menjalankan aplikasi :
  1. Penjadwalan optimal : penjadwalan yang diperhitungkan sebelumnya, secara teoretis waktu runtime paling pendek, dengan jumlah penjadwalan yang paling sedikit. Setiap mesin, dan setiap task harus identik. Bekerja paling baik ketika jumlah task lebih banyak daripada jumlah mesin.
  2. Penjadwalan Eager Setiap mesin m mendapat satu task n. ketika satu task selesai, mesin mendapat penugasan dari task lain. Ketika satu task selesai, mesin mendapat task lain yang belum ditugaskan. Jika semua task selesai ditugaskan, task-task yang belum selesai ditugaskan kembali ke mesin ini.
  3. Penjadwalan Round Robin : dari sejumlah n task, sebanyak m task akan ditugaskan ke sejumlah m mesin. Setelah satu quantum waktu, semua m task di preempt dan kemudian m task berikutnya ditugaskan (secara berulang).
  4. Task Bunching : sejumlah n task dibagi (bunched) kedalam sekumpulan m mesin. Setiap mesin menjalankan satu bunch task secara sekuensial. Ketika satu bunch task selesai, setiap bunch task dipreempt lagi, task-task tersebut dibagi-bagi lagi ke mesin-mesin dan eksekusi diulang.
Untuk menjamin perbandingan yang adil, pertama kali kami menjalankan program paralel ini secara sekuensial menggunakan C++ . Program sekuensial membutuhkan 540 detik pada single prosesor. Hasil performa ditampilkan pada gambar 1.
Program menjalankan program paralel very coarse grained, dimana perkalian matrix dikerjakan oleh 5 task. Sebuah coarse grain mengeksekusi 10 task, medium grained mengeksekusi 20 task dan very fine grain mengeksekusi 1500 task. Quantum waktu Round Robin diset 15 detik.
Ketika melibatkan perhitungan 5 task pada 3 mesin. Penjadwalan Eager bekerja sangat buruk. Namun, penjadwalan Optimal dan Round Robin berjalan dengan baik. Task bunching tidak berjalan, karena tidak ada yang bisa di bunch. Pada pengujian selanjutnya Penjadwalan Optimal tidak dipakai karena tidak sesuai untuk jumlah task yang jauh lebih besar daripada jumlah mesin.
Untuk coarse grain, digunakan 10 task. Bagus pada Round Robin dan Task Bunching namun sedikit buruk pada penjadwalan Eager karena penjadwalan Eager adalah non-preemptive dan jumlah task bukan perkalian dari jumlah mesin.
Untuk level lapangan, digunakan 21 task. Penjadwalan Eager bekerja dengan baik seperti yang lain – namun Round Robin agak sedikit buruk, karena mempunyai lebih banyak overhead preemption dibanding yang lain.

Gambar 1. Performa penjadwalan preemptive


Pada task fine grained – menggunakan 1500 task. Round Robin dan Eager menjadi sama, dimana quantum waktu tidak pernah expired. Namun, overhead dari penugasan task pada worker mendominasi waktu komputasi, sehingga performa menjadi buruk. Tetapi total waktu yang didapat masih lebih pendek daripada waktu sekuensial (540 detik). Untuk komputasi fine-grained, task bunching digunakan bersama preemption menghasilkan performa yang bagus pada beberapa range ukuran.

Kesimpulan : Optimal bekerja bagus jika informasi waktu eksekusi diketahui terlebih dahulu, dan jumlah task tidak jauh lebih banyak daripada jumlah mesin. Round Robin bagus pada jumlah task yang tidak terlalu besar. Task Bunching memberikan performa paling baik pada beberapa ukuran komputasi.


SPINE: An Operating System for Intelligent Network Adapters

Ringkasan Jurnal 6
(gabungan)

SPINE adalah sebuah system operasi yang diterapkan pada intelligent network adaptor, dimana di dalam intelligent network adapter tersebut memiliki Processor. Sistem ini memanfaatkan kelebihan yang pada network adapter.

Contoh dari network adapter itu sendiri adalah: Router.



Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa sebuah SPINE yang di terapkan pada Intelligent network adapter.Sebagian job yang ada pada aplikasi akan di kirim ke dalam Intelligent network adapter dan job tersebut akan diproses oleh SPINE Extention untuk kemudian hasil pemrosesan tersebut akan dikirim ke host / users. Sama dengan halnya sebagian job yang ada pada host juga (terutama yang behubungan dengan network ) akan di limpahkan ke SPINE Extention.

VIDEO CLIENT EXTENTION

Dengan menggunakan SPINE kita dapat membuat video client application
Aplikasi menentukan sebuah aplikasi spesifik untuk video extention yang mentransfer data video yang datang dari network dan langsung menuju ke frame buffer. Video client berjalan pada aplikasi regular pada Windows NT. Ini bertanggung jawab untuk membuat framing window yang menampilkan video dan menginformasikan video extention dari window coordinates.
Video Extention pada network adapter menjaga window coordinate dan ukuran informasinya, Serta DMA mentransfer data video yang datang dari network, ke bagian dari frame buffer memori yang merepresentasikan ke dalam application window.
Aplikasi video menangkap setiap pergerakan dari window, dan menginformasikan kepada video extention tentang window coordinate yang baru.

Implementasi dari jalannya video extention pada network adapter sangatlah mudah. Kasarnya terdapat 250 baris kode, yang terdiri dari fungsi untuk :

• Instantiate per window metadata untuk window coordinate,ukuran / size,dll.

• Mengupdate metadata setelah apa yang terjadi pada window ( pergerakan window )
• DMA mentransfer data ke dalam frame budffer.

Fungsi ini teregistrasi sebagai active message handler dengan SPINE I/O runtime dan akan meminta bila pesan tiba pada salah satu dari host atau network.



Video Ekstention mentransfer data dari network adapter langsung menuju ke frame buffer, yang mana dapat mengurangi I/O channel load, frees host resource, dan juga mengurangi keterlambatan untuk menampilkan video dari saat waktu pertama datang dari network.
Figure 2 diatas melukiskan keseluruhan struktur yang lebih detail. Untuk angka yang ada pada tanda panah di atas mempunyai arti sebagai berikut :
  1. Video Application mengirim extention ke dalam card.
  2. Paket berisi video yang datang dari network.
  3. SPINE mnegirimkan paket ke dalam video extention.
  4. Video Extention mentransfer data secara langsung ke frame buffer, dan video image akan ditampilkan kepada user.

MANTIS OS : an Embedded Multithreaded Operating System for Wirelss Microsensors Platform

Apa itu MANTIS OS ?

MANTIS : MultimodAl system for NeTworks of In-situ wireless Sensors.


Multimodal system -> system kompleks / kombinasi ( Sistem Operasi )
Networks of in-situ Wireless Sensors ->

jaringan sensor nirkabel yang bersifat in-situ, yaitu operasi yang terjadi tanpa menyela (interrupt) system dalam keadaan normal.


MANTIS OS : an Embedded Multithreaded Operating System for Wirelss Microsensors Platform

(MANTIS OS : Penggunaan MANTIS OS sebagai sistem operasi multithread untuk perangkat wireless microsensors)

Apa itu Multithread OS ?


Multithread : dalam satu proses terjadi eksekusi thread / proses lebih dari satu pada waktu yang sama.


Wireless Sensor Network (WSN)

Sensor jaringan nirkabel (WSN) adalah jaringan nirkabel yang terdiri dari perangkat khusus yang menggunakan sensor untuk memantau kondisi fisik atau lingkungan, seperti suhu, suara, getaran, tekanan, gerakan atau polusi, di lokasi yang berbeda.
Pengembangan WSN pada awalnya dipakai oleh aplikasi militer seperti survey medan perang. Sekarang banyak digunakan dalam aplikasi umum, termasuk pemantauan di bidang lingkungan hidup dan habitat, aplikasi kesehatan, dan kontrol lalu lintas.


Lightweight MANTIS OS design (MOS)


Jurnal ini menjelaskan MANTIS OS, OS multithreaded yang ringan dan efisien energi untuk perangkat WSN. Saat ini, MOS kernel dapat menjalankan eksekusi penjadwalan secara preemptive multithreaded dengan standar I / O sinkronisasi dan stack protokol jaringan, kurang dari 500 byte RAM, belum termasuk ukuran thread stack individu. Selain itu, MANTIS dirancang untuk memberikan dukungan cross-platform di PC, PDA, sebaik platform perangkat keras mikro Sensor.

Kernel and scheduler
Layanan/service yang diberikan adalah subset dari POSIX (Portable Operating System Interface for UNIX, adalah sebuah standar yang dicetuskan oleh Institute of Electical and Electronics Engineers (IEEE) yang mendefinisikan sekumpulan layanan dalam sistem operasi ) threads, terutama prioritas berdasarkan urutan penjadwalan dengan round-robin semantik dalam prioritas tinggi. Binary (mutex) dan menghitung semaphores juga didukung. Tujuan dari MOS kernel desain adalah untuk mengimplementasikan service-service diatas agar dapat bekerja di perangkat sensor yang terbatas.


Thread and events

2 model ekskusi pada sistem sensor.


Untuk mengilustrasikan bounded buffer produsen-konsumen sebagai masalah Sensor ini berlaku untuk jaringan, Gambar di atas menggambarkan dua tugas yang berpasangan, yaitu produsen dan konsumen, dimana biasanya berbagi buffer antara keduanya. Sebagai produsen menghasilkan data, data ini ditempatkan di buffer antara keduanya. Konsumen mengosongkan buffer kapanpun ketika memiliki kesempatan untuk eksekusi. Jika konsumen tidak dapat dijalankan , dan beberapa produsen terus menambahkan data ke buffer, maka akhirnya akan overflow. hal ini menunjukkan bahwa sistem dengan model thread dapat mencapai kinerja tinggi pada sistem berbasis event untuk aplikasi konkurensi (yaitu proses-proses yang ada pada waktu bersamaan, bisa bersifat independen atau saling berinteraksi). TinyOS adalah standar OS yang berbasis event untuk perangkat jaringan sensor. Perancang TinyOS yakin bahwa pendekatan berbasis event mampu menciptakan sistem yang hemat energy selama proses blocking dan polling (pengambilan sampel status perangkat eksternal oleh sebuah program klien sebagai kegiatan sinkronisasi) dilakukan oleh event tersebut. OS MANTIS multithreaded berusaha untuk memberikan jalan untuk mengembangkan Sensor sistem untuk mendukung tugas-tugas yang semakin kompleks, dimana pada saat yang sama terdapat kendala sumber daya dan energi memori pada jaringan sensor. Time-slice multithreading menawarkan preemption otomatis, yang memiliki keuntungan dimana satu segmen kode aplikasi tidak dapat memblokir eksekusi proses yang lain. Hal ini penting dalam sistem Sensor, dimana ketika memblokir seksi kritis tertentu, seperti pengolahan paket jaringan, dapat mengakibatkan overflow jaringan buffer ketika mengerjakan tugas-tugas yang cukup lama sedangkan RAM buffer sensor yang tersedia cukup kecil.


Kesimpulan


MANTIS system menyediakan kemampuan baru
- Ringan, multithreaded, cross-platform OS dan network
- Flexible single-board hardware platform

- Mudah mengintegrasikan jaringan sensor dengan aplikasi lain.

MANTIS adalah sistem operasi WSN yang mudah digunakan
- Penggunaan Bahasa dan API yang familiar
- Power management tools

Task Scheduling for Multiprocessor Systems Using Memetic Algorithm

RINGKASAN
(MHS GABUNGAN)

Introduksi


Penjadwalan proses-proses pararel yang dapat meminimalkan waktu ekseskusi oleh prosesor sangatlah penting untuk mencapai performansi yang tinggi pada sistem multiprosesor. Permasalahan dalam penjadwalan pada sistem multiprosesor adalah seperti penjadwalan untuk mengeksekusi general task dalam bentuk graph, dengan demikian panjangnya waktu penjadwalan dapat diminimalkan. Beberapa teknik yang dapat digunakan pada penjadwalan multiprosesor adalah Genetic Algorithm (GA), Simulated Annealing (SA) dan Memetic Algorithm (MA) yang merupakan perpaduan dari GA dan SA.

Genetic Algorithm
merupakan algoritma pencarian yang berdasarkan dari mekanisme penyeleksian dan penurunan yang umum. Tujuan utama dari algoritma ini adalah keseimbangan antara efisiensi dan keampuhannya.


Simulated Annealing (SA) merupakan suatu keterkaitan teknik optimasi global yang melakukan pencarian dengan menguji mutasi secara acak. Suatu mutasi yang meningkatkan kemampuan selalu diperbolehkan, namun mutasi dengan kemampuan yang lebih rendah juga dimungkinkan. SA juga dapat digunakan bersama GA yang dimulai dengan mutasi yang tinggi, dimana mengurangi over time yang diberikan untuk masing-masing proses dalam penjadwalan. Penggabungan kedua algoritma ini disebut sebagai Memetic Algorithm. meminimalkan keseluruhan waktu ekseskusi dari sekumpulan sub proses.

Syarat-syarat penjadwalan
  • Relasi prioritas antara proses-proses yang ada. Hal ini menentukan urutan waktu ekseskusi.
  • Waktu komunikasi (waktu yang dihabiskan untuk mengirim pesan oleh suatu proses pada suatu prosesor untuk menggantikan proses pada prosesor yang berbeda). Waktu yang dihabiskan untuk komunikasi antar prosesor diasumsikan Nol.
  • Duplikasi proses diperbolehkan. Misalkan suatu proses yang sama bisa ditempatkan pada prosesor yang berdeba untuk mengurangi waktu komunikasi dan panjangnya penjadwalan.
  • Sistem multiprosesor terdiri dari prosesor yang terbatas dan saling terhubung.

Task Graph





Populasi Awal

Merupakan daftar task yang dijadwalkan untuk setiap prosesor diurutkan secara menaik (ascending) berdasarkan tinggi task tersebut.



Algoritma untuk menghasilkan inisialisasi populasi
  1. [Inisialisasi] Menghitung tinggi untuk setiap task dalam TG
  2. [Pisahkan task berdasarkan ketinggiannya]
  3. [Loop p-1 kali] Untuk setiap prosesor pertama p-1, lakukan langkah 4
  4. [Buat penjadwalan untuk suatu prosesor]
  5. [Prosesor terakhir] Tempatkan sisa task dalam daftar kepada prosesor terakhir

Algoritma dengan menggunakan GA
  1. [Inisialisasi]
  2. Ulangi langkah 3 sampai 8 sampai algoritma memusat
  3. Hitung fitness value untuk tiap string pada inisialisasi populasi
  4. Lakukan reproduksi. Simpan string dengan fitness value tertinggi pada BEST_STRING
  5. Lakukan crossover
  6. Lakukan mutasi
  7. Pertahankan string terbaik pada BEST_STRING

Algoritma Reproduksi
  1. [Inisialisasi] NPOP  Nomor string dalam POP
  2. [Buat roulette wheel] NSUM  Jumlahkan semua fitness value dari string dalam POP; Bentuk slot NSUM dan tempatkan string ke dalam slot sesuai fitness value-nya
  3. [Loop NPOP - I kali] Lakukan langkah 4 NPOP - I kali
  4. [Ambil sebuah string] Menghasilkan nomor acak antara I dan NSUM dan gunakan untuk meng-indeks ke dalam slot untuk menemukan string terkait; Tambahkan string ke NEWPOP
  5. [Tambahkan best string] Tambahkan string dengan fitness value tertinggi dari POP ke NEWPOP

Penggabungan dari GA dan SA disebut algoritma memetic sbb:
  1. [Inisialisasi]
  2. Ulangi langkah 3 sampai 8 sampai algoritma memusat
  3. Hitung fitness value untuk tiap string pada inisialisasi populasi
  4. Susun berdasarkan chromosome untuk mengurangi urutan fitness value-nya
  5. Buang p chromosome paling rendah
  6. Lakukan reproduksi pada sisa chromosome. Simpan string dengan fitness value tertinggi pada BEST_STRING
  7. Lakukan crossover
  8. Lakukan mutasi
  9. Pertahankan string terbaik pada BEST_STRING

Kesimpulan

Masalah penjadwalan task yang akan dieksekusi dalam sistem multiprosesor merupakan masalah yang sangat menantang dalam komputasi paralel. Algoritma genetik baik untuk diadaptasi dalam masalah penjadwalan multiprosesor. Beberapa algoritma genetik telah dibangun untuk penjadwalan task. Struktur dan pembatasan tempat atas representasi chromosome secara berpengaruh kuat terhadap kompleksitas genetic operator sebagaimana memungkinkan penggabungan algoritma untuk menemukan solusi optimal. Masih terdapat beberapa kekurangan pada algoritma genetik dan oleh karena itu dikombinasikan dengan simulated annealing untuk meningkatkan kemampuan sistem secara keseluruhan. Penggabungan ini dinamakan Algoritma Memetic.

Tuesday, January 27, 2009

A Comparison of the RTU Hardware RTOS with a Hardware/Software RTOS

Ringkasan
( Gabungan )

Suatu sistem komputasi dinamakan real-time jika sistem tersebut dapat mendukung eksekusi program/aplikasi dengan waktu yang memiliki batasan. Dengan kata lain, sistem real-time harus memenuhi kondisi berikut:
  1. Batasan waktu: memenuhi deadline, artinya bahwa aplikasi harus menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang telah dibatasi.
  2. Dapat diprediksi: artinya bahwa sistem harus bereaksi terhadap semua kemungkinan kejadian selama kejadian tersebut bisa diprediksi.
  3. Proses bersamaan: artinya jika ada beberapa proses yang terjadi bersamaan, maka semua deadline nya harus terpenuhi.

Dalam jurnal ini, kita akan membandingkan 3 buah RTOS, yaitu :
  • Pure Software RTOS
    Yaitu Jenis Real Time Operationg System (RTOS) yang dalam implementasinya menggunakkan suatu software system operasi murni. Artinya, bahwa ketika proses-proses akan dijalankan maka paket-paket yang dibutuhkan untuk menjalankan proses tersebut di install terlebih dahulu. Semua proses akan dieksekusi di dalam processor
  • Real Time Unit (RTU)
    Merupakan kombinasi dari soft-hard RTOS. Dalam Operating System ini, software dirubah menjadi sebuah chip dengan logika yang sama, sehingga dapat langsung bekerja serta tidak membutuhkan processor karena proses dieksekusi didalam chip tersebut.
  • System On A Chip Lock Cache(SoCLC)
    Merupakan RTOS yang tidak murni menggunakan software. Pada RTOS ini menggunakan chip khusus untuk menangani switching proses. Ada beberapa bagian yang terdiri dari chip khusus.


KINERJA YANG DIUKUR


Kinerja yang diukur dalam perbandingan 3 RTOS ini adalah :
  • 1. Total waktu eksekusi, yaitu waktu yang dibutuhkan pada saat job datang, job eksekusi, sampai job complete.
  • 2. Waktu yang dibutuhkan untuk : a. Komunikasi antar job, jika terjadi komunikasi. b. Pengalihan konteks job
    • Contohnya : Job A menghasilkan suatu message, kemudian job B mengambilnya dan menjalankan perintah di message tersebut.
  • 3. Pengendalian proses-proses konkuren (statis).


HASIL PENGUKURAN

a. Waktu Eksekusi (basis pengukuran adalah Pure SW 0 %)

(satuan = siklus mesin)

b. Banyaknya Interaksi pada Mesin


c. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk :

(satuan = siklus mesin)

KESIMPULAN


Dari hasil pengukuran diatas dapat disimpulkan bahwa untuk pengukuran total waktu eksekusi & rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk komunikasi, contrxt switch, dan komputasi yang terbaik adalah dengan menggunakan RTU. Karena dengan RTU, sebagian task bisa dieksekusi pada chip, sedangkan pada Pure SW, semua proses harus dikerjakan di processor. Akan tetapi jika perintah-perintah pada RTOS akan diubah, maka pada RTU harus dibuat ulang, sebaliknya untuk Pure SW hanya mengubah source code dari program aplikasi kemudian di generate ulang

Berikut adalah detil data perbandingan yang didapatkan :


.



Saturday, January 24, 2009

Scalable Multi-Tasking using Preemption Thresholds

Ringkasan 1
oleh:
Yuniar wulandari
41508110069


Strategi penjadwalan terdapat dua macam yaitu preemptive dan non preemptive dimana non preemptive adalah jika ada proses masuk maka akan dikerjakan sampai tuntas artinya dia mendapat alokasi waktu sampai waktunya selesai sedangkan preemptive adalah alokasi waktu proses tergantung pada kuota waktu yang disediakan artinya jika ada proses yang mempunyai waktu pengerjaan 10 detik dan batas waktu pengerjaan hanya 1 detik maka setelah memenuhi kuota waktu yang dijadwalkan maka proses tersebut akan time out dan harus masuk kedalam antrian event kembali. Tetapi proses itu jadi tidak efisien jika ada proses yang mempunyai waktu proses 10 detik tetapi jatah waktu proses adalah 9 detik maka kinerja akan buruk jika dengan sisa waktu satu detik proses tersebut akan timeout dan harus antri kembali.


Pada gambar diatas dijelaskan bahwa semua proses dinilisasi dulu kemudian masuk kedalam antrian dan diproses tetapi untuk penjadwalan yang menggunakan preemptive jika waktu penjadwalan sudah habis maka ia akan kembali masuk kedalam tempat tunggu sedangkan untuk non-preemptive akan dikerjakan sampai waktu habis. Untuk itu dibutuhkan penjadwalan yang tetap untuk mengatasi metode penjadwalan diatas dengan menggunkan preemption thresholds tersebut kita bisa menjalankan proses itu tanpa harus kembali kedalam antrian karena didalam preemption terdapat pengeliminasian preemptive atau proses yang tidak terpakai tersebut. Model penjadwalan preemption threshold menggabungkan dan menggolongkan model-model penjadwalan preemptive dan non-preemptive.

Saat sebuah proses mendapatkan CPU, prioritasnya ditinggikan ke preemption thresholdnya. Ketika suatu proses masuk dan disimpan ke dalam antrian, prioritas proses ditetapkan menjadi maksimum dari prioritas proses saat ini. Ketika proses diambil untuk dikerjakan, prioritasnya ditetapkan menjadi preemption threshold. Proses yang bersifat preemptif tidak akan mengalami interrupt atau terjadi time out, akan tetapi diproses hingga tuntas, begitu juga dengan proses non preemptif. Tetapi khusus untuk proses yang memiliki integritas tinggi, proses itu yang kemudian akan didahulukan. Semua prioritas itu diatur sesuai dengan preemption thresholdnya.

Keuntungan dalam penggunaan preemption threshold adalah dalam model penjadwalan ini, tiap task memiliki preemption threshold untuk menjaga agar semua proses berjalan sampai akhir eksekusi. Jumlah task yang lebih sedikit dalam implementasi menghasilkan penghematan memory berkaitan dengan alokasi tempat stack yang dibutuhkan untuk tiap task.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ringkasan 2

oleh: Arif Senoaji
41508110183

Terdapat dua macam penjadwalan yaitu preemptive dan non-preemptive dimana non-preemptive adalah jika ada proses masuk maka akan dikerjakan sampai tuntas artinya proses mendapat alokasi waktu sampai waktunya selesai sedangkan preemptive adalah alokasi waktu proses tergantung pada kuota waktu yang disediakan artinya jika ada proses yang mempunyai waktu pengerjaan 5 detik dan batas waktu pengerjaan hanya 1 detik maka setelah memenuhi kuota waktu yang dijadwalkan maka proses tersebut akan time out dan harus masuk kedalam antrian event kembali.

Preemptive Multitasking

Preemptive Multitasking adalah suatu arsitektur untuk merancang dan mengimplementasikan embedded real-time software yang umum digunakan, yang disupport secara virtual oleh semua real-time operating system.

The Scheduling model berdasarkan pada :
  • Recurring periodic tasks, periodic task berulang secara periodik dengan antar waktu kedatangan yang tetap (sesuai dengan periode-nya), yang dipicu oleh periodic timer.
  • Sporadic tasks, dipicu oleh suatu peristiwa aperiodic(misal, interupt), dan memiliki minimum antar waktu kedatangan.
Preemption Threshold Scheduling Model

The preemption threshold scheduling model adalah perluasan dari fixed priority preemptive scheduling model. Dalam model penjadwalan ini, tiap task memiliki preemption threshold, sebagai tambahan pada prioritas penjadwalannya. Intisari/pokok dari hasilnya adalah sebuah dual priority system. Tiap task memiliki prioritas regular, yang mana prioritas di-antrikan ketika dilepas. Sekali sebuah task mendapatkan CPU, prioritas tasknya ditinggikan ke preemption threshold-nya. Preemption threshold menjaga prioritas tersebut sampai akhir eksekusinya. Keuntungan model penjadwalan Preemption Threshold :
  1. Penggabungan penjadwalan preemptive dan non-preemptive. Dengan memilih nilai preemption threshold yang tepat, kita berpotensi mendapat keuntungan dari model penjadwalan preemptive dan non-preemptive.
  2. Penugasan terhadap atribut-atribut penjadwalan yang memungkinkan. Masalah menemukan kemungkinan atribut-atribut penjadwalan lebih berat dengan penjadwalan preemption threshold berkaitan dengan atribut ekstra(tiap task memiliki prioritas dan preemption threshold) dan hubungan non linear antara atribut-atribut dan efek pada response time
  3. Mengurangi preemptability yang tidak diperlukan Algoritma tersebut bekerja dengan mempertimbangkan satu task pada satu waktu, mulai dari prioritas terbesar sampai prioritas terkecil. Untuk tiap task yang dipertimbangkan, kami memberikan nilai preeption threshold tertinggi yang akan menjaga kelompok task dapat dijadwalkan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ringkasan 3

oleh: Retno Siti Wulandari
41508110001

Sistem penjadwalan mempunyai 2 sifat yaitu preemptif dan non preemptif. Preemptif ialah suatu penjadwalan yang mempunyai alokasi waktu berdasarkan time slide atau kuota waktu yang disediakan, contohnya jika alokasi waktu 10 menit sedangkan kuota waktu per satu detik saja, apabila sudah satu detik maka proses akan time out dan akan masuk ke dalam antrian menunggu jatah waktu proses selanjutnya. Sedangkan non preemptif, ketika proses masuk akan langsung dikerjakan serta mendapat alokasi prosesor hingga tuntas.

Sistem real-time digunakan ketika ada persyaratan waktu yang ketat pada prosesor atau flow dari data, juga digunakan sebagai alat kontrol pada aplikasi yang terpisah. Dengan kata lain, sebuah sistem real-time tidak hanya perlu untuk menjalankan software melalui proses dengan benar, tapi juga perlu untuk menjalankannya dalam waktu yang tepat, kalau tidak sistem akan gagal. Sistem ini mempersyaratkan bahwa komputasi yang dihasilkan benar tapi juga harus sesuai dengan waktu yang dikehendaki. Oleh karena itulah algoritma penjadwalan yang tradisional harus dimodifikasi sehingga dapat memenuhi persyaratan deadline yang diminta. Contohnya adalah frame video, yang mempersyaratkan pengirimannya dalam batas waktu tertentu, misalnya 30 frame/detik. Untuk dapat memenuhi permintaan ini, dibutuhkan perubahan yang cukup signifikan pada struktur sistem operasi di memori, data dan juga manajemen jaringan.

Algoritma penjadwalan berdasarkan prioritas dan preemptif mampu menjalankan proses berdasarkan tingkat kepentingannya, dimana proses yang sedang berjalan akan dipreemptifkan apabila sebuah proses berprioritas tinggi siap untuk dijalankan. Oleh karena itulah algoritma ini dibutuhkan, mengingat fitur utama yang paling dibutuhkan oleh sistem real-time adalah mampu merespon proses yang real time secepat proses membutuhkan CPU.Akan tetapi, algoritma ini tidak mampu mendukung sistem real-time kompleks, karena kedepannya sistem real-time kompleks harus memiliki jaminan bahwa task real time akan dilayani sesuai dengan persyaratan deadline-nya. Pernyataan tentang jumlah waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian proses, di-submit bersamaan dengan proses itu sendiri. Kemudian penjadwal akan memberikan ijin bagi proses tersebut, memberikan jaminan bahwa proses tersebut dapat diselesaikan tepat waktu, dan apabila tidak memungkinkan untuk diselesaikan tepat waktu, maka akan ditolak. Sistem operasi jika hanya mengacu pada preemptif saja akan kacau karena mungkin saja pada kasus tertentu ada proses yang tidak boleh dipotong-potong dengan integritas waktu yang cukup tinggi. Oleh karena itu, sistem real-time kompleks disusun dari software yang bertujuan berjalan pada hardware yang khusus digunakan bagi proses yang kritis dan membutuhkan fungsionalitas penuh dari komputer modern dan sistem operasi.

Untuk mengatasi hal ini harus ada teknik untuk menganulir sifat preemptif tadi. Jadi bila ada proses datang dengan prioritas khusus, maka proses preemptif yang sedang berjalan harus pindah dan mendahulukan proses non preemptif tadi. Untuk itu dilakukan metode pendekatan dengan mengkombinasikan preemptif dan non preemptif, yang disebut dengan preemption threshold. Preemption threshold ini merupakan perluasan dari algoritma penjadwalan di atas. Dalam model penjadwalan ini, tiap task memiliki preemption threshold untuk menjaga agar semua proses berjalan sampai akhir eksekusi. Saat proses masuk, proses itu akan diidentifikasi terlebih dahulu apakah bersifat preemptif atau non preemptif. Tiap proses memiliki prioritas regular, yang mana prioritas diantrikan ketika dilepas. Saat sebuah proses mendapatkan CPU, prioritasnya ditinggikan ke preemption thresholdnya. Ketika suatu proses masuk dan disimpan ke dalam antrian, prioritas proses ditetapkan menjadi maksimum dari prioritas proses saat ini. Ketika proses diambil untuk dikerjakan, prioritasnya ditetapkan menjadi preemption threshold. Proses yang bersifat preemptif tidak akan mengalami interrupt atau terjadi time out, akan tetapi diproses hingga tuntas, begitu juga dengan proses non preemptif. Tetapi khusus untuk proses yang memiliki integritas tinggi, proses itu yang kemudian akan didahulukan. Semua prioritas itu diatur sesuai dengan preemption thresholdnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ringkasan 4
oleh: Endah Purnamasari
41508110120

Ada dua macam penjadwalan di dalam multitasking, yaitu preemptive dan non-preemptive. Penjadwalan non-preemptive adalah penjadwalan dimana saat proses masuk, tugas-tugas tersebut dikerjakan sampai tuntas dan mendapat alokasi prosesor sampai seluruh instruksinya selesai dikerjakan. Penjadwalan preemptive adalah penjadwalan dimana suatu proses mendapat alokasi waktu teretntu, dikerjakan sesuai dengan timeslide atau quota waktu yang disediakan.
Misal: proses butuh 15 detik, tapi mendapat quota waktu hanya 5 detik saja. Maka ketika proses tersebut sudah dikerjakan selama 5 detik, akan terjadi time out dulu. Ketika sudah dapat jadwalnya, akan diberi kesempatan lagi untuk melanjutnya prosesnya.


Jika dalam sistem operasi hanya mengacu pada preemptive saja, maka ketika ada proses yang tidak boleh dipotong-potong dan integritasnya sangat tinggi, misal: prosesnya membutuhkan waktu 20 detik, tapi mendapatkan quota waktu 10 detik, maka proses dalam sistem operasi ini akan kacau. Dengan melihat kondisi tersebut, untuk mengatasi sifat preemptive, maka harus ada penanganan di beberapa proses secara non-preemptive.


Atau dalam kondisi lain, di dalam sistem operasi ada suatu proses, dimana ketika proses tersebut masuk, akan ditangani secara eksklusif secara langsung hingga tuntas, kemudian setelah selesai, baru dialihkan ke proses lain. Proses sebelumnya yang sedang berjalan akan interrupt.

Untuk menangani kondisi kedua penjadwalan tersebut, maka dikenalkan penjadwalan penggabungan dari kedua penjadwalan di atas(preemptive dan non-preemptive), yaitu disebut preemption threshold scheduling.

Preemption threshold scheduling adalah penjadwalan yang tiap tasknya memiliki preemption threshold, sebagai tambahan pada prioritas penjadwalannya. Tiap tasknya memiliki prioritas regular, yang mana prioritas diantrikan ketika direlease. Preemption threshold ini menjaga prioritas tersebut sampai akhir eksekusinya.

Preemption threshold ini, akan mengidentifikasi suatu proses apakah akan diperlakukan preemptive atau non-preemptive. Jika, preemptive threshold dari tiap task sama seperti prioritasnya, maka preemption threshold akan mengurangi penjadwalan preemptive murni. Sehingga diterapkan/diperlakukan penjadwalan preemptive. Di sisi lain, jika preemptive threshold dari tiap task memiliki nilai prioritas terbesar, maka proses tersebut akan diperlakukan/diterapkan secara non-preemptive.

Tuesday, January 6, 2009

Table of Contents

1. Preface
2. The Topic
3. SPINE OS for Intelligent Network Adapters
4. Software Virtual Memory Management for MMU-less Embedded Systems
5. Ancaman Pidana dalam RUU ITE
6. Original vs Bajakan
7. Posisi mana yang anda PILIH ?
8. Kemana Arah Pendidikan IT Indonesia ?
9. Mahasiswa dan Buku
10. Fraud Teknologi Informasi
11. Ekslusifitas Profesi
12. Generalism vs Specialism
13. The Subject : IT & Society
14. The DNA Computer
15. Link for OS-2 Gasal 2008
16. Link for Blog of SI 2006 +
17. Rakyat Memilih
18. Rekayasa Presiden Ala Informatikawan


Rekayasa Presiden Ala Informatikawan

Menentukan pilihan untuk menjadi pemimpin Indonesia 2009 - 2014 tentunya bukanlah hal yang mudah. Banyak tokoh dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, yang mencalonkan ataupun dicalonkan.

Jika pertanyaannya presiden yang kita butuhkan,
- yang seperti apa, atau
- yang bagaimana??

Kalau si Banu bilang saya mau presiden yang gagah berani.. Lah kalau kemudian presidennya gagah berani, dia akan menantangi lawan-lawanya untuk duel??
Kalau Wati bilang aku suka presiden yang bisa kasih makan semua rakyat.. dan sebagainya.

Apakah jawaban dan pilihan tersebut dapat menjawab masalah bangsa ini?

Sebagai orang IT yang terbiasa dengan berbagai istilah IT, barangkali saya akan memilih tahap-tahapan yang terdapat dalam rekayasa perangkat lunak. Dalam hal ini saya akan memilih metodologi waterfall.

Analisis

Didahului dengan survey tentang kondisi Indonesia saat ini, dengan berbagai persoalannya dan lengkap. Tim analis akan mempelajari data tersebut untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia.
Hasil telaah tersebut akan dituangkan dalam suatu dokumen Problem Definition, yang kemudian ditindak lanjuti dengan perumusan Spesifikasi Kebutuhan Presiden Indonesia.

Perancangan

Berdasarkan Spesifikasi kebutuhan Presiden Indonesia selanjutnya akan dirancangkan model presiden Indonesia, yang meliputi
- rancangan sifat dasar dan latar belakang
- rancangan gaya bekerja dan pengelolaan negara
- rancangan hasil bagi pemakmuran dan pensejahteraan bangsa
Pada bagian akhir proses perancangan, akan diidentifikasi kandidat Presiden Indonesia

Coding

Hasil perancangan akan ditindak lanjuti dengan memberi nilai dan bobot sesuai dengan rancangan terhadap semua kandidat dan tidak tertutup kemungkinan kita memunculkan kandidat baru. Hasil akhirnya adalah kompilasi, untuk mendapatkan Presiden dan programnya

Testing


Pada bagian akhir proses rekayasa presiden ini akan diuji untuk mengukur apakah presiden dan programnya sudah memenuhi spesifikasi kebutuhan yang telah dirumuskan.

Selanjutnya mari kita melakukaan Cyber Gathering untuk mengetahui kondisi lengkap Indonesia.



Rakyat Memilih

2009 adalah kali ke-2 rakyat Indonesia memilih langsung calon presiden-nya. Sebagai rakyat saya juga sangat menunggu pesta demokrasi tersebut. Mungkin yang jadi pertanyaan adalah mangapa saya menunggu pesta tersebut, apa yang saya harapkan dengan pemilihan tersebut.

Setalah 63 tahun Indonesia merdeka, dan telah 10 tahun pula reformasi berlalu, kita masih mengalami beban hidup sangat berat, masih terjadi kemiskinan yang sangat besar.
Sungguh lucu, jika diingat negara kita ini sangat kaya.

Dulu waktu saya SD, bacaan kami waktu itu meyatakan "nenek moyangku adalah bangsa pelaut, mereka berlayar hingga ke Madagaskar", suatu tempat yang jauh sekali pada masa itu, mengingat terbatasnya teknologi pelayaran. Begitu pula sejarah mencatat para pelaut Indonesia dengan gagah berani menjelajah dan menguasai seluruh Nusantara.
Sekarang ini betapa sedih jika membaca berita, lautku dijarah para nelayan asing, pasir pulauku tenggelam karena diurug dan dijual cukong ke Singapura.

Saat ini dinegeri agraris ini, sudah biasa kita membaca berita penduduknya terserang busung lapar, bayi-bayi kelaparan, dan rakyat makan nasi oyek.
Padahal negeri tropis ini hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau. Dimusim kemarau sekalipun juga, sawah-ladang masih dapat dipanen. Laut luas, dengan ikan-ikan melimpah. Jadi mangapa kita kekurangan pangan.

Dan mengecewakan sekali batapa perbatasan-perbatasan kita diakuisisi oleh negara-negara tetangga kecil. Sungguh harga diri bangsa ini sudah sedemikian dilecehkan bangsa lain.

Indonesia tidak kekurangan orang pintar dan cerdas.
Negeri ini tidak kekurangan pemikir-pemikir andal.
Negeri ini tidak kekurangan material dan sumber daya alam,
Negeri ini juga tidak kekurangan sekolah dan universitas bagus.
Negeri ini juga tidak kekurangan orang alim.

Kita punya semua modal yang diperlukan untuk makmur dan sejahtera.

Jadi selayaknya lah negeri ini makmur dan sejahtera.

Kita membutuhkan tokoh pemimpin yang peduli itu semua.
Kita membutuhkan tokoh yang TEGAS.

2009 saat-nya memilih Presiden RI yang mampu memakmurkan bangsa ini
2009 saat-nya memilih Presiden RI yang mampu mengembalikan harga diri bangsa ini.

Link for Blog of SI 2006 +

[ M o n d a y    C l a s s ]

Ilham RM 05-082                                          • Anidyah Kurniawati 06-001
Gilang Adhi Nugraha 06-004                        • Achmad Chairullah 06-006
Anggun Puspita Dewi 06-008                        • Dewangga Surya K 06–009
Dwi Feni Febriyanti 06–010                          • Dian Mayasari 06-011
Ahmad Affandi 06-014                                  • Dwi Mariana 06-015
Ridwan 06-018                                             • Infantri Swas Dika 06-019
Janwar Hadi Prabowo 06-020                      • Reza Mustaqim 06-021
Indah Pratiwi 06-024                                    • Suherman 06-027
Dewi Puspitasari 06-028                              • Dwi Susanti 06-031
Sulis Sandiwarno 06-036                             • Syaiful Bakhri 06-038
Ertanto Aditomo 06-039                               • Elli Sihotang 06-046
Meliyana 06-051                                          • Ahmad Zainuri 06-052
Herman 06-054                                            • Agus Asyanto 06-055
Fressia Septiana 06-063                              • Arda Fauzi Fabrianto 06-066
Teuku Manikmaya Nurdin 07-003                • Iyus Rusdiana 07-009
Teguh Dwi Cahya 07-011                            • Bambang Hermawan 07-024
Hendra Prastiawan 07-063


[ T u e s d a y    C l a s s ]

Rohmat 04-016                                        • Reza Rusmana 04-018
Irvan Iswandi 05-017                               • Yoga Anditya 05-081
Risky Chairullah 06-002                           • Yuniarti Setyowati 06-003
Adhi Pratama Septianto 06-005               • Dirhamsyah 06-012
Aris Purnawan 06-013                              • Meygi Fitranto 06-017
Junaidi 06-022                                          • Chairul Muhaimin 06-029
Antoni Budiawan 06-030                           • Lam Unedo Maharaja 06-032
Wisnu Fajarianto 06-033                           • Reza Saputra 06-034
Krisata Lindo 06-035                                • Agung Apriandi 06-040
Rizky Yoga Aditya 06-041                          • Heru Prasetia 06-042
Dimas Gustiana 06-043                             • Agung Pramono 06-044
Selvilya 06-047                                          • Andi Alimuddin 06-049
Virga Akmanarullah 06-050                      • Syarif Hidayatullah 06-053
Rowi Widodo 06-057                                 • Sukisno 06-058
Caesar Parmanto 06-059                           • Mirza Sani 06-060
Khudzaifah 06-061                                    • Petrus Ramos 06-062
Ridzky Himawan 06-064                            • Sebrian Yuda 06-065
Akhmad Joko Sulistiono 06-067                • Amiruddin Akbar 06-068
Jimmy Michael 06-073



Daftar Tugas :
1. Cita-cita / harapan / rencana setelah menyelesaikan program S1 Sistem Informasi
    (Kemana setelah menjadi Sarjana IT)
2. Perkiraan perkembangan teknologi informasi dimasa depan
3. Paparan tentang Profesional IT
4. Pendapat/penilaian kritis mahasiswa IT tentang keberadaan LSP Telematika
5. Fraud dalam dunia Teknologi Informasi
6. Istilah-istilah populer tentang IT
7. Paparan lebih detil soal-soal mid test
8. Kasus IT yang menarik
9. Ulasan tentang Sistem Informasi Nasional (SIM Nas)
10.Andaikan anda diberi tanggung jawab untuk membenahi dan mengelola SIM Nas, dan
     negara menyediakan dana awal 1 Triliyun
11.Pendapat anda tentang Strategi Komputerisasi
12.Kempanye kepedulian pada data.. GO DATA