Tuesday, January 6, 2009

Rakyat Memilih

2009 adalah kali ke-2 rakyat Indonesia memilih langsung calon presiden-nya. Sebagai rakyat saya juga sangat menunggu pesta demokrasi tersebut. Mungkin yang jadi pertanyaan adalah mangapa saya menunggu pesta tersebut, apa yang saya harapkan dengan pemilihan tersebut.

Setalah 63 tahun Indonesia merdeka, dan telah 10 tahun pula reformasi berlalu, kita masih mengalami beban hidup sangat berat, masih terjadi kemiskinan yang sangat besar.
Sungguh lucu, jika diingat negara kita ini sangat kaya.

Dulu waktu saya SD, bacaan kami waktu itu meyatakan "nenek moyangku adalah bangsa pelaut, mereka berlayar hingga ke Madagaskar", suatu tempat yang jauh sekali pada masa itu, mengingat terbatasnya teknologi pelayaran. Begitu pula sejarah mencatat para pelaut Indonesia dengan gagah berani menjelajah dan menguasai seluruh Nusantara.
Sekarang ini betapa sedih jika membaca berita, lautku dijarah para nelayan asing, pasir pulauku tenggelam karena diurug dan dijual cukong ke Singapura.

Saat ini dinegeri agraris ini, sudah biasa kita membaca berita penduduknya terserang busung lapar, bayi-bayi kelaparan, dan rakyat makan nasi oyek.
Padahal negeri tropis ini hanya mengenal musim hujan dan musim kemarau. Dimusim kemarau sekalipun juga, sawah-ladang masih dapat dipanen. Laut luas, dengan ikan-ikan melimpah. Jadi mangapa kita kekurangan pangan.

Dan mengecewakan sekali batapa perbatasan-perbatasan kita diakuisisi oleh negara-negara tetangga kecil. Sungguh harga diri bangsa ini sudah sedemikian dilecehkan bangsa lain.

Indonesia tidak kekurangan orang pintar dan cerdas.
Negeri ini tidak kekurangan pemikir-pemikir andal.
Negeri ini tidak kekurangan material dan sumber daya alam,
Negeri ini juga tidak kekurangan sekolah dan universitas bagus.
Negeri ini juga tidak kekurangan orang alim.

Kita punya semua modal yang diperlukan untuk makmur dan sejahtera.

Jadi selayaknya lah negeri ini makmur dan sejahtera.

Kita membutuhkan tokoh pemimpin yang peduli itu semua.
Kita membutuhkan tokoh yang TEGAS.

2009 saat-nya memilih Presiden RI yang mampu memakmurkan bangsa ini
2009 saat-nya memilih Presiden RI yang mampu mengembalikan harga diri bangsa ini.

3 comments:

Mochammad Ichlas said...

Karya adalah bukti, wujud dari keberadaan manusia. Keberadaan manusia salah satunya dinilai dari produktivitas karyanya, seberapa berapa berkualitaskah karyanya itu dan seberapa banyakkah karyanya itu. Eksistensi manusia hadir lewat hasil produktivitasnya, begitu kata Nietzsche.

Namun terkadang selayaknya manusia, sang pengkarya takut dan khawatir terhadap suatu hal. Takut dan khawatir terhadap hegemoni yang diciptakan negara maupun hegemoni yang dikembangkan masyarakat. Persoalannya menjadi mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang layak dan mana yang tidak.

Mochammad Ichlas said...

Kenyataan di atas tentunya begitu memprihatinkan. Di saat bangsa kita berusaha bangkit menjadi bangsa yang diperhitungkan di dunia internasional, kondisi dalam negeri masih carut-marut. Hanya karena berbeda paham dan keyakinan, sesama warga bertikai dan saling membunuh. Dan, negara, yang salah satu fungsinya adalah menjadi 'payung' buat semua warga yang berbeda paham dan keyakinan, ternyata kerap kali dengan mudahnya terkooptasi oleh kelompok-kelompok berpaham keagamaan tertentu yang mengatasnamakan mayoritas namun sesungguhnya hanya menggeneralisasi.

Tidak hanya terkooptasi, negara kerap kali bahkan dijadikan alat oleh kelompok-kelompok berpaham keagamaan tertentu untuk mengeksekusi warga bangsa yang berbeda paham dan keyakinan. Inilah bukti kuat bahwa ketika negara telah 'berselingkuh' dengan suatu paham dan keyakinan keagamaan intoleran suatu kelompok, petaka dan instabilitaslah yang bakal terjadi.

Mochammad Ichlas said...

Keinginan kelompok berpaham keagamaan fundamentalis untuk menyatukan persoalan politik dan privat dalam satu ide primordial tertentu merupakan ancaman serius bagi penegakan demokrasi dan pemenuhan hak-hak asasi manusia sudah sepatutnya generasi muda kita menjadi jawaban atas gagalnya pemerintahan pasca reformasi